AKSI demonstrasi terkait kasus penistaan agama oleh Ahok, terutama setelah aksi damai 4 November dan rencana aksi damai jilid III 2 Desember 2016, setidaknya menguak tabir siapa kawan seiman dan seperjuangan dan siapa yang tidak seiman-seperjuangan.
Ekstremnya, kian jelas siapa kawan siapa lawan. Mereka yang pro, tersirat dan tersurat dari komentar di dunia nyata dan dunia maya (media sosial), kian jelas.
Mereka yang kontra juga kian jelas. Aksi Damai Bela Islam sejatinya mengandung makna mendalam, bukan sekadar persoalan seorang Ahok, tapi persoalan masa depan Islam, kaum Muslim, dan bahkan masa depan Indonesia.
Orang-orang yang kontra Aksi Damai meneriakkan slogan dan isu NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pertanyaan kita, apakah aksi damai mengancam NKRI? Sama sekali TIDAK. Apakah aksi damai umat Islam mengusik Kebhinekaan bangsa Indonesia? Sama sekali TIDAK.
Yang jelas-jelas mengusik dan mengancam NKRI adalah kelompok atau gerakan separatis seperti kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS).
Yang juga mengancam NKRI sejatinya adalah kelompok berduit yang berusaha mengendalikan pemerintahan dan Polri agar "bisnis impor barang dan manusia" ke Indonesia lancar jaya tanpa hambatan. Lambat-laut negara Indonesia akan mereka kuasai dan dipecah-belah.
Jadi, aksi damai umat Islam sama sekali tidak ada kaitan dengan NKRI atau Bhinneka Tunggal Ika. Justru umat Islam-lah yang menjaga keutuhan NKRI dan kebhinekaan itu.
Sayangnya, di kalangan internal umat Islam sendiri muncul individu dan kelompok/organisasi yang justru tidak sejalan dengan visi-misi perjuangan mayoritas ormas/umat Islam. Merekalah yang dimanfaatkan kelompok anti-Islam untuk merusak kesolidan perjuangan umat Islam dari dalam!
Umat Islam bersatu akan sangat kuat dan sulit dikalahkan. Itu fakta. Kini kaum Muslim Indonesia mulai menunjukkan kekuatannya, dengan "people power" aksi jalanan, karena --seperti kata Iwan Fals-- di jalanan kami sandarkan cita-cita, karena di rumah tak ada yang bisa dipercaya --karena yang menangani kasus Ahok tidak bisa dipercaya, bahkan terkesan melindungi dan berusaha membebaskannya dari hukum yang semestinya.
Silakan tanya intelijen independen, apa sebenarnya yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Bukan umat Islam yang mengancam NKRI, tapi kekuatan asing yang memanfaatkan orang dalam untuk menguasai ekonomi-politik Indonesia, lalu menghidupkan kembali paham terlarang di Indonesia.
Kita heran dengan yang disebut ulama, namun sikap dan pandangannya "tidak kompak" dengan mayoritas ulama lain. Alih-alih mendukung perjuangan umat Islam, mereka malah menghambat dan dimanfaatkan kelompok anti-Islam.
Umat Islam yang sudah muncul ghirah-nya tidak akan bisa dibendung. Para mujahid Islam itu tidak takut mati, bahkan kematian dalam perjuangan (fi sabilillah) merupakan cita-cita untuk meraih gelar syuhada.
Sekali laki, kita cermati, kasus aksi damai bukan hanya persoalan penistaan agama, tapi juga membuka kedok mereka yang sudah dikendalikan kekuatan anti-Islam, juga membuka tabir siapa kawan seiman seperjuangan dan siapa yang tidak masuk dalam shaf akbar umat Islam. Wallahu a'lam bish-shawabi. (Admin).*